Tuesday, February 15, 2011

Tugas 1 Perekonomian Indonesia


PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA DI MASA PERUBAHAN

1.         Perkembangan Ekonomi Indonesia
            Setelah merdeka, Indonesia mulai berbenah diri untuk memulihkan perekonomian. Indonesia memerlukan dana yang cukup besar untuk melaksanakan pembangunan. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Indonesia berusaha meningkatkan kehidupan masyarakat Indonesia dalam segala bidang. Indonesia menjalin hubungan dengan dunia luar dengan tujuan meningkatkan kegiatan ekspor.
            Pada masa Presiden Soeharto, secara perlahan-lahan ekonomi bangsa Indonesia berhasil dipulihkan. Ekonomi bangsa Indonesia meningkat, bahkan diikuti oleh hubungan ekonomi dengan negara-negara lainnya di dunia, baik dalam bidang ekspor maupun impor.
            Perkembangan ekonomi dan politik pada masa Presiden Soeharto dilakukan melalui Pembangunan Jangka Pendek dan Pembangunan Jangka Panjang. Pembangunan Jangka Pendek mengarah kepada Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Sementara itu, dengan terjadinya krisis moneter yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi, politik, dan bahkan menuju kepada krisis kepercayaan menjadi penyebab jatuhnya pemerintahan Presiden Soeharto (21 Mei 1998). Para pengganti Presiden Soeharto secara berurutan yaitu B.J. Habibie, Gus Dur, Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono terus berusaha untuk dapat mengatasi krisis ekonomi yang melanda bangsa dan negara Indonesia.

2.         Demokrasi Ekonomi
            Tingkat perkembangan ekonomi negara-negara yang sedang berkembang menunjukkan adanya keterkaitan antara sistem politik yang dianut dan pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Demokrasi tidak dapat berjalan dengan baik pada suatu negara yang melaksanakan sistem ekonomi tertutup. Negara demokratis biasanya menganut sistem ekonomi pasar. Pada negara-negara yang telah maju perekonomiannya, sistem demokrasi dan ekonomi berjalan dengan baik dan saling mendukung di antara kedua sistem itu.
            Pada negara-negara yang sedang berkembang dan termasuk negara Indonesia, sistem demokrasi dan ekonomi tidak selalu dapat berkembang secara alamiah. Sistem-sistem itu lahir dan berkembang dalam budaya Barat, sehingga tidak semua negara yang menganut sistem demokrasi maka pembangunan ekonominya secara otomatis berhasil. Ternyata sistem demokrasi dan ekonomi Barat banyak ditentang oleh negara-negara lain di dunia seperti negara-negara yang berada di Amerika Latin. Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Presiden Soekarno. Pemerintah Indonesia pada masa itu menerapkan sistem demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin, dan sosialisme.
            Sejarah telah membuktikan bahwa jalan yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia pada masa itu tidak memberikan hasil, terutama pada tingkat kesejahteraan masyarakat serta tidak berhasil mengembangkan kehidupan demokrasi. Namun, di pihak lain hendaknya juga dipahami adanya keinginan pada waktu itu untuk tidak meneraokan begitu saja konesp-konsep politik dan ekonomi dari luar.
            Para pendiri Republik ini telah melihat perlunya dicarikan jalan yang memungkinkan negara ini dapat berkembang lebih maju di atas cita-cita keadilan sosial. Maka selain pernyataan secara politik bahwa Indonesia merupakan sebuah negara demokrasi, tetapi juga dalam bidang ekonomi bahwa Indonesia menganut paham demokrasi ekonomi,
            Demokrasi ekonomi dalam sistem perekonomian Indonesia secara tegas dirumuskan dalam UUD 1945 Pasal 33. Pada Pasal 33 tersebut dengan jelas tertulis pokok-pokok pikiran bangsa Indonesia mengenai demokrasi ekonomi. Unsur pokok dalam perekonomian yang berdasarkan demokrasi bagi bangsa Indonesia adalah asas kekeluargaan.

3.         Mewujudkan Demokrasi Ekonomi
            Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia selama hampir 30 tahun telah menghasilkan banyak kemajuan dan meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat. Peningkatan pendapatan berjalan seiring dengan peningkatan taraf kecerdasan yang mencerminkan kemajuan pendidikan dan kesehatan bangsa Indonesia. Pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan dipelihara terus dengan rata-rata mencapai 7% per tahun. Hal ini juga menyebabkan terjadinya perubahan ekonomi Indonesia dari ekonomi agraris ke arah ekonomi industri, dari ekonomi yang bergantung pada sumber daya alam menuju ekonomi yang dimotori oleh sumber daya manusia, dari ekonomi pedesaan ke ekonomi perkotaan, dari ekonomi tradisional menuju ke ekonomi modern, dan dari ekonomi yang didominasi negara ke ekonomi dengan peran masyarakat yang lebih besar.
            Dalam bidang perekonomian, Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat besar. Bahkan, Indonesia telah berani mengajak negara-negara di sekitarnya untuk mempercepat terbentuknya perdagangan bebas di wilayah Asia Tenggara dan di wilayah Asia Pasifik. Bangsa Indonesia merasa memiliki kemampuan untuk bersaing dan mengambil manfaat dari berkembangnya kesempatan yang lebih luas. Indonesia tidak merasa khawatir akan kalah bersaing, karena pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah dan bangsa Indonesia telah berhasil melahirkan pelaku-pelaku ekonomi yang kuat dan memiliki daya saing yang tinggi. Hal ini juga memberikan dorongan agar ekonomi Indonesia tetap tegak dan tidak tergoyahkan oleh pesaing-pesaing ekonomi dari bangsa dan negara lainnya di dunia. Namun demikian, ternyata pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengagumkan itu hanyalah semu belaka. Ternyata fondasi ekonomi Indonesia begitu rapuh ini terlihat ketika krisis ekonomi dan moneter yang melanda Asia tahun 1997 dengan cepat menghancurkan perekonomian Indonesia.

4.         Indonesia di Tengah-tengah Globalisasi Ekonomi
            Memasuki abad ke-21, bangsa Indonesia bertekad untuk kembali menyejajarkan diri dengan bangsa-bangsa lain di dunia yang telah lebih maju ekonominya. namun tekad itu tidak akan ada artinya tanpa upaya untuk mengambil langkah-langkah yang konkret dan benar-benar ingin mewujudkan ekonomi tinggal landas secara lebih merata. Tantangan yang sudah jelas terbentang adalah liberalisasi perdagangan. Di wilayah Asia-Pasifik pada tahun 2010 / 2020 sebagaimana disepakati bersama dalam pertemuan APEC tahun 1994 di Bogor, sedangkan di kawasan ASEAN lebih cepat lagi yaitu tahun 2003.
            Gagasan liberalisasi dalam bidang perdagangan ini menimbulkan kecemasan untuk sebagian orang karena liberalisasi perdagangan itu dipandang akan lebih menguntungkan negara-negara maju. Pada negara-negara sedang berkembang dikhawatirkan dapat menyebabkan ketergantungan pada negara-negara maju semakin tinggi. Hal ini disebabkan negara-negara yang sedang berkembang belum mempersiapkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan serta pranata-pranata sosial, politik, dan ekonomi yang belum kokoh.
            Di pihak lain menunjukkan bahwa negara-negara yang menempuh jalan ekonomi bebas dapat tumbuh lebih maju. Bahkan berbagai studi menunjukkan bahwa perdagangan dunia akan dapat meningkat dengan pesat melalui perdagangan bebas. Peningkatan volume perdagangan menyebabkan terjadinya peningkatan produksi dan juga peningkatan lapangan kerja, sehingga dapat pula meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan.
            Perdagangan internasional merupakan pendorong kemajuan yang efektif, yang dibuktikan melalui percepatan proses industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi negara-negara baru, yang berlandaskan strategi ekspor. Masalah yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang termasuk negara Indonesia adalah setuju atau tidak setuju, ikut atau tidak ikut dalam kancah perdagangan bebas. Pada kenyataannya, tidak ada bangsa-bangsa di dunia ini yang dapat memilihtidak ikut, karena hal itu berarti tersingkir dari arus perdagangan dan pergaulan ekonomi masyarakat dunia.
            Dalam hubungan perdagangan internasional menganut asas resiprositas, yaitu kalau ingin sebanyak-banyaknya dan sebebas-bebasnya memasuki pasar orang lain, maka juga harus memberikan kesempatan kepada orang lain untuk memasuki pasar domestik. Makin lama, perbedaan pasar domestik dengan pasar internasional semakin tipis dan kabur. Oleh karena itu, pada akhirnya yang ada hanyalah satu pasar saja.
            Masalah yang harus dihadapi Indonesia bukanlah memperdebatkan prinsip dalam perdagangan itu, namun bagaimana upaya yang hendaknya ditempuh agar dapat memanfaatkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi bangsa Indonesia dan mengurangi kemungkinan terhadap dampak-dampak yang merugikan. Hal ini akan berhasil diatasi oleh bangsa Indonesia yaitu dengan meningkatkan daya saing. Peningkatan daya saing untuk memenangkan pacuan perdagangan di pasar dunia hendaknya didukung oleh beberapa faktor seperti peningkatan kualitas sumber daya manusia, penguasaan teknologi dan penguasaan kelembagaan. Kebijakan-kebijakan ekonomi baik makro maupun sektoral, baik moneter dan fiskal maupun di sektor rill harus serempak dan harmonis mendukung upaya ini. Sehingga ekonomi Indonesia dapat berkembang dengan pesat serta sejajar dengan ekonomi negara-negara yang telah maju.

Sumber :
Badrika, I Wayan. 2006. Sejarah untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga.